HISTORISASI
1. SEJARAH BERDIRINYA
Sejarah telah kita ketahui bersama bahwa organisasi Muhammadiyah yang didirikan pada tahun 1912
oleh KH. Achmad Dahlan yang berada di Yogyakarta dengan cepat diikuti
berdirinya organisasi Muhammadiyah diseluh wilayah. Muhammadiyah
bertujuan agar Islam dilaksanakan secara murni dan konsekwen sesuia
ajaran dalam Al – Qur’an dan Al – Hadist.
Untuk
menunjukkan keberadaan organisasi Muhammadiyah di Ponorogo maka tokoh –
tokoh Muhammadiayah di ponorogo sepakat untuk membentuk dan mengadakan
lembaga – lembaga sebagai perwujudan amal usaha Muhammadiyah. Didorong
tanggung jawab yang besar agar tercipta generasi muda sebagai generasi
penerus yang taat kepada Allah dan Rasulnya maka Bapak Ali Diwiryo
merintis untuk mendirikan sekolah yang bercirikan Islam.
Apalagi pada saat itu warga Muhammadiyah
khususnya maupun warga masyarakat pada umumnya yang sebagian besar
beragama Islam masih sulit untuk mendapatkan sekolah umum yang
bercirikan Islam. Maka sejak tahun 1921, tepatnya tanggal 1 Januari 1921
dirintis berdirinya sekolah Madrasah Muhammadiyah, yang semula
menempati rumah warga Muhammadiyah di Jln. Hayam Wuruk ( Sebelah Timur
Pasar Legi ). Pada mulanya yang menjadi murid – murid adalah para putra
dan putrid warga Muhammadiyah saja, namun semakin lama sekolah ini
diminati oleh warga masyarakat terutama yang bergama Islam .
Pada tanggal 22 Februari 1922 lembaga
pendidikan ini telah diakui oleh pemerintah Belanda dan disebut sebagai
Island School Midle Qur’an (Sekolah yang berisi Agama Islam). Sekitar
tahun 1945, masih dalam pendudukan Jepang sekolah tersebut diganti
menjadi sekolah Rakyat yang terdiri dari kelas I (satu) sampai dengan
kelas V (lima). Pada tahun 1953 diubah menjadi Sekolah Dasar
Muhammadiayah I.
2. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA
a. Kondisi Sosial Ekonomi
Walaupun
pada masa itu masih dalam masa penjajahan, dimana sosial ekonomi
mengalami masa – masa sulit, namun pada waktu itu masih merupakan masa –
masa keemasan bagi warga Muhammadiyah yang berada di Timur Pasar Legi,
karena warga Muhamadiyah sebagian besar adalah pedagang/ pengusaha batik
dan batik pada waktu itu masih sangat diminati masyarakat terutama
dikalangan masyarakat priyayi/ ningrat. Oleh karena itu dana yang
diperoleh untuk merintis berdirinya lembaga pendidikan ini cukup memadai
dan diperoleh dari dermawan – dermawan anggota Muhammadiyah. Apalagi
warga Muhammadiyah sangat mendukung agar lembaga ini dapat berkembang.
Selain
dermawan – dermawan anggota Muhammadiyah, maka wali murid yang
kebanyakan anggota Muhammadiyah sangat membantu dalam masalah pendanaan
yang berupa SPP sehingga lembaga ini tidak begitu mengalami kesulitan
dalam pendanaan.
Walaupun
demikian lembaga ini tidak hanya menerima murid – murid dari warga
Muhammadiyah, namun juga menerima murid dari masyarakat lain, tidak
sedikit dari masyarakat yang kurang mampu. Dalam hal ini maka mereka diberi keringanan bahkan dibebaskan dari pembanyaran SPP.
b. Kondisi Sosial Budaya
Kepercayaan yang ada dimasyarakat yang
merupakan warisan kepercayaan nenek moyang sangat mempengaruhi pada
pelaksanaan ibadah dan pelaksanaan keimanan masyarakat yang telah
memeluk agama Islam. Dengan kata lain masing dipengaruhi semacam
tahayul, kurofat, bid’ah dan sebagainya.
c. Kondisi Pemikiran
Bertolak dari hal – hal tersebut, maka
lembaga ini bertujuan mencetak generasi muda yang dapat melaksanakan
ajaran – ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya dalam Al
– Qur’an dan Al – Hadist dimana dari generasi muda ini diharapkan dapat
berangsur – angsur merubah kebiasaan masyarakat yang masih dipengaruhi
kurafat, tahayul, bid’ah dan semacamnya yang semula masih mempengaruhi
orang tua mereka sendiri dan selanjutnya dapat mempengaruhi masyarakat
lainnya.
3. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
a. Kondisi Awal Kelahirannya
Pada awal kelahiran lembaga pendidikan ini
berupa madrasah yang kegiatan belajar mengajarnya duduk di lantai satu
rumah warga Muhammadiyah ( di Timur Pasar Legi )
Pada
tahun 1923 pendiri lembaga ini ( Bapak Ali Diwiryo) membentuk semacam
organisasi untuk pembangunan Islam Muhammadiyah yaitu PIM ( Pembangunan
Islam Muhammadiyah ). Pada tahun 1924 PIM mampu merealisir bangunan
gedung sebanyak 5 (lima) lokal di Jalan Batoro Katong yang kemudian pada tahun 1951 ditambah satu lokal lagi.
b. Struktur Organisasi Pada Saat Berdirinya
Pada awal berdirinya lembaga sekolah ini
terdiri dari Kepala Sekolah dan kemudian guru – guru sekolah. Lembaga
pendidikan ini langsung bernaung dibawah organisasi Muhammadiyah Cabang
Ponorogo
Adapun personil – personil yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah sebagai berikut :
Tahun 1921 – 1924 : Bapak Ali Diwiryo
Tahun 1924 – 1925 : Bapak Saliman Atmowitoto
Tahun 1926 – 1943 : Bapak Ki Hajar Suwignyo
Tahun 1944 – 1949 : Bapak Djojo Soedarmo
Tahun 1950 – 1953 : Bapak Djoko Setiantoro
Tahun 1954 – 1987 : Bapak H. A. Sumali
Tahun 1987 – 1989 : Bapak H. Muh. Charis
Tahun 1990 – 1991 : Bapak Drs. Gatot Soebroto
Tahun 1991 – Sekarang : Bapak Drs. Syamsuddin Muhfti, M. Pd.
0 komentar:
Posting Komentar